Postingan

Keterjebakan

Adalah suatu keterjebakan ketika engkau terpaku pada ketakutan untuk memulai dari mana, hingga jari tidak jua berkata-kata. Bukankah tombol 'backspace' setia di sudut sana jika toh ternyata salah. Adalah suatu perangkap ketika engkau terfokus dalam memilih kata-kata yang tepat dalam suatu kalimat yang tidak lengkap. Mengapa engkau harus berdiam lama jika bagian kosong itu dapat digantikan sementara oleh yang serupa meski tak sempurna. Adalah suatu keterjebakan ketika engkau berfokus pada tulisan indah, sehingga engkau terlalu menghabiskan banyak waktu dan melewatkan ide-ide yang melintas cepat yang terdorong keluar dari kepalamu. Adalah suatu perangkap ketika engkau terjebak dalam keteraturan, karena engkau sesungguhnya sadar bahwa pikiranmu melintas dengan bebas dan cepat bagaikan anak kecil yang bebas bertanya. Ia tidak pernah merasa terbeban jika pertanyaannya kali ini tidak terkait dengan yang sebelumnya. Ia melihat dan bertanya, Ia mendengar dan bertanya, Ia m

I'm the Winner too...

Kala ku lihat piala yang mereka angkat Tak dapat kulepas pandanganku dari piala tersebut. Saat ku lihat medali yang tergantung indah di leher mereka Tak dapat kualihkan cahaya berkilau medali itu dari mataku Ketika ku lihat setiap nama dan keberhasilan yang terukir indah dalam piagam yang mereka genggam Tak dapat kuhentikan debaran jantungku yang berdetak keras karena rasa amarah kekecewaan. Lalu ku lihat tangan kananku, tak kudapati piala disana. Ketika ku tengok tangan kiriku, tak kudapati piagam penghargaan di sana. Kuangkat kedua tanganku, dan kupegang dadaku, tak kusentuh medali berkilau di sana. Aku berteriak sekencang mungkin kepada Sang Penyelenggara Pertandingan Kehidupan. Mengapa, mengapa, mengapa Tak Kau ijinkan aku memiliki salah satu diantaranya? Bukankah aku dan mereka mengawali titik yang sama? Bukankah aku berlari lebih cepat dari mereka? Bahkan aku masih melihat mereka berada beberapa langkah dibelakangku. Namun, mengapa Kau bukakan jalan, sehingga mere

Integrasi Teologi dan Psikologi

Saya tidak pernah mempersiapkan diri atau sengaja  memikirkan isu-isu yang berhubungan dengan integrasi antara Teologi dan Psikologi. Inisiatif untuk bersentuhan dengan topik tersebut justru bukan terstimulasi melalui wadah-wadah yang sudah ada melalui kuliah-kuliah yang disediakan di kampus. Keinginan untuk memikirkan tentang topik tersebut justru terstimulasi melalui pengalaman dan pemikiran pribadi. Tentu jangan terjemahkan pengalaman pribadi disini adalah pengalaman pribadi yang saya alami, yang sering orang lain pahami sebagai pengalaman dimana saya sedih, senang, stress ketika sedang mengalami suatu masalah. Pengalaman pribadi yang saya maksudkan adalah sebuah refleksi atas apa yang saya minati. Saya memiliki minat untuk memahami akan isu-isu kekerasan dalam hubungan personal (Intimate Partner Relationship). Minat ini berawal ketika saya duduk di tahun-tahun terakhir ketika menempuh pendidikan S1 saya. Sekalipun belum memiliki pengalaman terjun langsung di kehidupan ny

Pandora

Gambar
Kutulis lukaku dalam lembaran doa Kuhantarkan pintaku dengan penuh kecemasan Tak ku ingin semua berakhir duka Namun, juga tak kusuka tawa dibalik derita Kutimbang dalam logika langkah-langkah Menetapkan keberanian menyetuh hatimu Tak ku bawa senyuman indah selembut sutra Sebaliknya kuberikan kotak pandora berlinang air mata Detik demi detik bagaikan neraka Menunggu adalah siksaan cemeti tak terperi Mungkinkan pandora berbalik bahagia Ataukah berujung penyesalan tiada tara Apalah diriku yang lemah Derita dan tawa adalah hakikat manusia Ku harap kasih masih ada Mengubah pandora ke jalan surga. By: A_Y (021211)

The last day in UKRIDA

Maunya sih simpen sendiri perasaan melo kaya gini, tapi entah kenapa kalau dipikir lagi malah gak jadi. he3. Hari ini rencananya mau ikut gladeresik acara wisudaaan besok di kampus II. Eh, karena macet *gara-gara demo di MPR, malah telat. Setelah mengurus beberapa hal akhirnya memutuskan untuk ke kampus. Sebagai mahasiswa yang udah gak jelas statusya gini, rasanya sat-satunya tempat yang bisa menerima ya cuman perpus. he3. Mumpung lagi bawa laptop juga *lumayan internetan gratis. hahahha. Sejak memasuki gerbang kampus, entah kenapa waktu lihat huruf "A" di lantai 5 gedung A kampus I, ada something yang beda di hati gua. hahahhah. *hujan nih yang bikin perasaan gua jadi begini. Sambil terus jalan menuju lobi, dalam hati teringat semua kenangan di kampus. Di lantai lima persis di balkon itu, dulu gua sama temen-temen  suka banget *ngampar di sana. Kalau ada jeda yang cukup lama dari mata kuliah yang satu ke lain, so pasti tuh tempat udah kayak warnet dadakan. Satu colokan di

Sungguhkah masa depan itu ada?

Gambar
191011 Jujur saya begitu bingung dan takut akan masa depan. Masa depan adalah sesuatu yang tidak bisa tersentuh sama sekali. Membayangkan akan seperti apa kita nanti, sungguh merupakan suatu hal yang begitu melelahkan. Saya lelah membayangkan menjadi seorang yang seperti apa esok. Padahal arti besok itu sendiri saya tidak bisa pastikan kapan. Seakan saya menanti satu hari dimana “ulat” akan menjadi kupu-kupu. Tapi apa benar hari seperti itu benar-benar ada? Hari dimana semua yang baik serasa baru saja dimulai. Entah mengapa semakin kesini saya semakin menyadari suatu hal yang begitu menakutkan dipikiran saya yaitu bahwa “apa yang disebut hari esok sejujurnya adalah apa yang ada di hari ini”. Tidak akan ada hari dimana kita merasa semua hal menjadi begitu sangat bahagia dan sesuai dengan apa yang kita inginkan, jika apa yang ada hari ini adalah sesuatu yang begitu kita sesali dan tidak kita sukai. Hal yang lebih menarik adalah apa yang kita tidak sukai hari ini ternyata menjadi suatu

Balada Rajawali kepada Seekor Camar

Gambar
Rajawali berkata kepada Camar: Salah satu sikap hidup seekor rajawali di ketinggian gunung batu. Diperhatikannya sayap-sayap itu sudah tidak mampu terbang tinggi lagi. "menambal" bukan solusi. "membiarkan" tidak mampu dia lakukan. Dengan paruhnya ia mencabut bulu-bulu yang ada tanpa berpikir apa selanjutnya. Tak disadari paruh yang dipakai patah! Apa daya...ia menengok ke cermin danau kecil di bawahnya. Aduh...betapa jelek diriku. Ia berlari kembali ke sarang mencoba mengambil bulu-bulu yang masih bisa dipergunakan sebagai "bulu palsu" lebih dikenal dengan kata "wig" itu tidak menampilkan seindah kepak aslinya. Rupanya itulah saat untuk "berdiam diri". Tak disadari kepak itu tumbuh kembali. Bulu-bulu halus menempati kembali tempat-tempat kepak sayap yang tercabut, di paruh yang patah berganti dengan paruh yang jauh lebih indah. Balada Rajawali ini adalah kisah kehidupanku *seorang anak manusia yang Tuhan ijinkan menghadapi penyakit k